Manusia bukan Tikus.

Written on 1:56 AM by Ringga Ardianto

Cuma orang gila yang mau menerima sebuah tawaran kosong.

Sebuah tawaran seharusnya datang dengan segudang mimpi dan angan indah tentang sebuah perjalanan di masa depan. Sebuah tawaran tidak selayaknya menyodorkan realita.
Mana ada orang yang mau menjadikan kenyataan sebagai dasar dari mimpinya?


Ada?.

Semua orang membangun impian dari khayalan, bukan dari kenyataan.
Terlalu sakit ketika kita meletakkan hal yang nyata sebagai dasar dari apa yang kita ingin bangun. Begitu kata mereka.


Cuma orang yang tidak punya pikiran yang bisa mengerti bahwa ketika tawaran kosong itu hadir dia merasa bahwa itulah yang selama ini dicarinya, apalagi ketika sebenarnya tawaran kosong itu bukan satu-satunya pilihan yang dia miliki. Tawaran kosong itu hadir menyempil ditengah tawaran lain yang penuh dengan isi dan harapan.
Mana ada orang yang mau benar-benar menapakkan kakinya ke tanah ketika ada jalan lain yang memang lebih menggiurkan walaupun jalan itu membuatnya tidak menginjak bumi?

Ada?

Hidup ini bukan judi kawan!. Begitu kata mereka.



Cuma orang sakit yang berani berkata bahwa dia tidak punya sesuatu yang bisa ditawarkan.
Semua makhluk di bumi ini paham benar bahwa selalu ada kata tawar menawar. Harga diri saja bisa ditawar, masa yang lain ngga bisa.
Setiap orang bisa berubah wujud menjadi orang jenius dan penuh filosofi lalu hadir dengan ucapan “Semua pasti ada solusinya, win win solution lah..!”

Begitu kata mereka.


Mereka….


Yang takut ketika yang mereka temui adalah tawaran kosong.


Susah memang untuk melenyapkan ketakutan ini.

Manusia bukan tikus.


Tikus takut kepada kucing bukan karena dia tahu kucing itu akan memakannya. Tikus takut kepada kucing karena ada gen dalam tubuhnya yang mengatur rasa takut kepada kucing itu. Saat sebuah percobaan untuk menghilangkan sekumpulan kromosom penakut itu dilakukan. Ternyata berhasil!. Tikus tidak lagi takut kepada kucing.

Tapi sekali lagi.

Manusia bukan tikus yang rela tubuhnya dirusak untuk menghilangkan gen penakut itu.


Manusia masih membutuhkannya supaya tidak dicap gila, tidak punya pikiran, dan sakit. Walaupun gen itu menjadikan kakinya tetap berjarak dengan bumi.




If you enjoyed this post Subscribe to our feed

No Comment

Post a Comment